( Sebuah Catatan Perjalanan )
Sebentar lagi puncak berbatu itu akan tampak oleh mata,begitu bayangan dalam benak menyusuri setapak dengan kemiringan extreme ini membuat lelah jiwa raga,hutan cemara,setapak menanjak yang tak kunjung ujung.
Tapak sepatu meninggalkan jejak demi jejak pendakian,perjalanan masih jauh dan panjang lagi, "masih 4 jam lagi mas",itu yang terucap dari pendaki yang aku temui di jalan ketika mereka datang turun dari puncak Arjuno 3339 mdpl,.
Ini adalah perjalanan hari kedua setelah semalam bermalam di Makutarama yang merupakan tempat situs tua dengan tatanan batu yang di puja dengan harum dupa. Petilasan ini di keramatkan dan konon adalah tempat yang angker,mistis apalagi dengan patron kejawen yang konservatif dan sedikit statis, "ini adalah peninggalan jaman kerajaan wayang" ucap Mbah Solikin salah satu manusia yang tirakat mengharap bahagia dunia akhirat di komplek situs ini.
Tapak sepatu meninggalkan jejak demi jejak pendakian,perjalanan masih jauh dan panjang lagi, "masih 4 jam lagi mas",itu yang terucap dari pendaki yang aku temui di jalan ketika mereka datang turun dari puncak Arjuno 3339 mdpl,.
Ini adalah perjalanan hari kedua setelah semalam bermalam di Makutarama yang merupakan tempat situs tua dengan tatanan batu yang di puja dengan harum dupa. Petilasan ini di keramatkan dan konon adalah tempat yang angker,mistis apalagi dengan patron kejawen yang konservatif dan sedikit statis, "ini adalah peninggalan jaman kerajaan wayang" ucap Mbah Solikin salah satu manusia yang tirakat mengharap bahagia dunia akhirat di komplek situs ini.
![]() | |
Sunrise di Makutarama |
Menelusuri setapak dari Makutarama menuju puncak adalah perjalanan terberat dalam perjalanan ini. Di depan mata tampak indahnya warna-warna dengan komposisi sempurna,dari hijaunya daun cemara,menguningnya ilalang hingga warna langit cerah yang kebiruan,ini indah tak terbantah.
Dengan beberapa pendaki yang turun dari jalur kami sempat berpapasan,beberapa diantaranya adalah para pendaki dengan tujuan ritual,dan ada beberapa yang memang bertujuan melakukan trekking diluar aktifitas ritual. Para peziarah begitu biasanya para pendaki yang melakukan pendakian dengan tujuan ritual itu di sebut,entah apa yang mereka lakukan dan mereka percayai.
![]() |
Setapak menuju Puncak |
Kaki belum lelah,nafas juga belum tersenggal tapi keindahan ini memaksa untuk menerawang dan sedikit memusingkan sinkretisme kepercayaan yang terjadi.
Ada beberapa petilasan di Jalur pendakian sebelum Makutarama yang kemarin di perjalanan awal kami temui,dan membuat semua perjalanan panjang ini penuh pertanyaan. Bagaimanakah sejarah terangkai hingga mistisme dan kegaiban ini menjebak manusia yang menyakininya dan hidup dalam sebuah keyakinan tentang dunia pewayangan yang masih terus hidup di Gunung Arjuno ini.
Kembali teringat di awal perjalanan kemarin, start awal perjalanan kaki melewati Dusun Tambak Watu di kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, dari Desa Tambak Watu itu perjalanan dimulai, perjalanan awal melewati Goa Antabugo di ketinggian 1.300 mdpl,Goa ini berada di sebuah batu menghadap utara mennurut keterangan dalamnya sekitar 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m.
Selanjutnya kami terus melakukan perjalanan hingga melewati persimpangan dimana jalur salah satunya merupakan jalur alternatif melewati Situs Eyang Madrem,namun kami memilih untuk tidak melewatinya. Perjalanan langsung kami lanjutkan menuju situs Eyang Abiyasa, perjalanan menuju petilasan Eyang Abiyasa ini melewati tengah hutan lebat yang memakan waktu sekitar 1,5 jam,hingga sampailah di padepokan Eyang Abiyasa. Setapak di sekitar situs ini tertata rapi dengan semen dan taman-taman yang sangat rapi dan bersih. Di komplek ini juga ada petilasan Eyang Sekutrem yang berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m dan di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm.
Tiga puluh menit dari situs Yang Sekutrem perjalanan sampailah di situs Eyang Sakri. Menurut cerita Eyang Sakri merupakan tokoh pertama yang menurunkan raja-raja Majapahit, petilasan ini berupa cungkup tertutup yang menghadap ke barat, didalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan.
![]() |
Situs Makutarama |
Di atas Makutarama ada situs Sepilar menurut salah satu warga Desa Tambak Watu, Sepilar adalah kepanjangan dari sepi-sepine nalar, tempat itu di gunakan oleh orang yang mememinta jalan keluar terhadap masalah yang di hadapi,dan juga buat orang yang minta naik jabatan dalam pekerjaan.
Kemudian agak jauh di atas Situs Sepilar ada Situs Candi Manunggale Suci dan Situs Jawa Dwipa.
Namun lamunan harus segera terhenti,jalan panjang ini harus segera di lalui,kembali melalui setapak-setapak itu,menatap cemara-cemara,mencetak jejak di setapak kering berdebu. Setelah enam jam dari makutoromo melewati,situs Sepilar,dan Jawa Dwipa,akhirnya ujung berbatu itu tampak,jalan masih terus menanjak beberapa tapak lagi sampai, ada bendera merah putih berkibar di puncak dan batu-batu ternyata kaya coretan,ini disebabkan atas rakusnya existensi dan tampak menghias batu-batu di atas puncak Arjuno.
Kemudian agak jauh di atas Situs Sepilar ada Situs Candi Manunggale Suci dan Situs Jawa Dwipa.
![]() |
Menuju Sepilar dari Makutarama |
Langkah semakin dipaksa untuk sedikit lagi untuk segera menyudahi perjalanan menuju puncak ini. Puncak Arjuno adalah salah satu tempat indah dengan view yang menarik. Di sebelah timur tampak Gunung Semeru mengepulkan asap sulftara keputihan. Sedangkan di sebelah utara punggungan Gunung Arjuno menyambung beberapa puncakan sekunder dan kemudian Gunung Welirang. Sore ini langit cerah kebiruan yang menyenangkan.
![]() |
Puncak Arjuno 3339 mdpl |
Puncak berbatu ini menjadi saksi bisu kebahagian kami berlima,beberapa manusia biasa yang mencoba berpetualang menyusuri beberapa kota hingga desa ke desa sampai pada makadam menuju setapak,setapak hingga sampai puncak berbatu yang indah ini.
Senja mulai tampak wujudnya, matahari mengufuk di sebelah barat,kuning gradasi menuju jingga,mengingatkan untuk segera menyudahi nikmatnya keindahan alam dari Puncak Arjuno.

Senja benar-benar datang, matahari terbenam dan hari mulai malam walaupun tidak terdengar bunyi burung hantu yang bersuara merdu namun kami tetap menikmati perjalan an turun ini, melewati cemara,melewati ilalang,melewati jalan naik kami tadi, kembali menuju hangatnya sleeping bag kami di Makutarama.
![]() |
Shelter tempat tirakat dan menginap pendaki |
![]() |
Mbah Solikin. |
Waaaah seru bngt ya pendakiannya
BalasHapusDulu aq jg pecinta alam tp blm sempat naek gunung cm hyking tok di sekitar daerahku hehe
pencinta alam gak harus naik gunung,,,hehehe :D
BalasHapusperjalanan kemaren memng seru...
wah kapan aku diajak y.hehehhe
BalasHapussalam
aku juga menunggu..hehehe
BalasHapussalam juga,,,
arjuno emang luaaarrr biasa sobat........salut
BalasHapussalam persahabatan selalu dr MENONE
bagus2 fotonya :)
BalasHapushebat tripnya mas :) berasa dinginnya di sini :(
BalasHapusPostingannya dapat merasakan suasana disana, dan terasa indah bila kita dapat menyatukan diri dengan alam.
BalasHapusSukses selalu ya Sob
Salam
Rjawantah's Blog
Asiknya mendaki gunung.
BalasHapuswow asyik nya pendakiannya,daku mah udah gak kuat naik gunung,love,peace and gaul.
BalasHapusperjalanan panjang
BalasHapusada yg pernah naik kearjuno melalui ds.cendono gk ya>>>>
BalasHapus