Kamis, 10 November 2011

Propa Kata : Idealisme

"Idealisme" apakah kata ini berarti kaku,membatu, penuh dengan egosentris dan teralalu statis?


Idealisme sendiri berasal dari kata idea yang seiring berjalannya waktu berawal dari pemikiran plato tentang dunia idea (jiwa), sampai pada idealisme yang berarti sebuah konsep gagasan bentuk ideal atau sesuatu yang berarti sempurna

Beberapa waktu lalu sekelompok pekerja seni membuat sebuah launching buku tentang aktifitasnya. Buku tentang pendokumentasian karya ini mendapatkan dukungan dari salah satu foundation terkenal. Mereka menerima dengan penuh dilema karena beberapa alasan, tapi akhirnya mereka menerima. Ketika ada pertanyaan mengapa mereka menerima bantuan itu, salah satu dari mereka menjawab karena foundation itu tidak mendikte apa yang akan mereka kerjakan dan itu cukup..

Aktifitas seni biasanya sangat rentan enggan mendapatkan intervensi. Seorang seniman punya takaran ideal sendiri-sendiri tetang idealnya sebuah bentuk, proses dan tujuan berkarya dan sering kali disebut idealisme.

Affandi dalam sebuah wawancara pada tahun 1962 mengatakan "saya melukis bukan untuk menjadi kaya, bukan karena saya ingin menjadi terkenal, tapi karena harus. Ini, saya tidak tahu namanya dalam bahasa Inggris, disini disebut ‘Panggilan Jiwa’. Apakah saya dikenal atau tidak, apakah lukisan saya terjual atau tidak, sebenarnya tidak penting. Hanya terus melukis, itu yang harus saya lakukan".

Idealisme Affandi tentang hidupnya merupakan sebuah gagasan dimana keinginan, cita-cita dan harapan tentang bagaimana berkarya.

Mengutip novel Pramudya Ananta Toer tokoh bernama Jean Marais mengatakan "Mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri,  kan itu dalam seni namanya pelacuran,?"

Beberapa pemikiran, sikap dan perilaku Affandy dan Pram (Pramudya Ananta Toer) dalam berkarya menjadi suatu yang subjektif dan esklusif sekali, dimana seniman memandang setiap hal itu menuju sebuah tatanan dan nilai yang ia pahami dan perjuangkan.

Idealisme seringkali dimaknai sebagi sesuatu yang kaku, membatu, penuh dengan egosentris dan teralalu statis.

Ungkapan ini mungkin sudut pandang dengan melihat bahwa dunia ideal di wilayah pemikiran esklusif ini harus berbenturan dengan realitas, dimana karya menjadi sebuah objek yang seringkali mendapat sebuah apresiasi dan ini adalah wilayah inklusifitas berekseniannya.

Alex Winter mengatakan bahwa Idealisme untuk mandiri bersikap dan berperilaku sesuai dengan pemikiran tak akan terlepas dari lingkungan atau realitas. "Emansipasi merupakan seni untuk berdiri di atas kaki sendiri namun dipeluk tangan orang lain."

Kata idealisme ini ketika dilihat merupakan sebuah yang text menjelaskan sebuah konteks atau sebaliknya. Ini layaknya ada dimana kanvas dan lembaran kertas yang telah berbingkai dan bergaris dan kita sepertinya diharuskan melukis atau menulis sesuai dengan media yang ada.

Idealisme sebelum terimplemnetasi akan menjadi suatu yang abstrak dan ketika muncul dan menjadi akan terlihat dan teraba menjadi bentuk konkrit.

Ruang Idealisme adalah bagian dari persep, resep, dan konsep atau sebuah refleksi sensoris indra yang tersintesakan (persep) yang akhirnya menjadi sebuah bentuk (resep) dan kemudian terkonstruksi dalam wujud abstrak (konsep). Idealisme menjadi sebuah konsep berfikir.

Kehidupan dalam realitas baik sosial, kultural dan politik adalah gambaran bagaimana esklusifitas pemikiran menjadi sebuah bentuk yang visioner dan misioner. Idealisme menjadi suatu pijakan di mana realitas bakal membaca dan melihat pemikiran dalam sebuah entitas yang terasa substansialitasnya karena menimbulkan sentuhan langsung dengan lingkungan.

Dalam proses konsep idealisme komunal (masyarakat) ada sebuah konsep yang lahir akibat interaksi yang terus-menerus dan intens dan menjadi sebuah bentuk pola tatanan, baik sosial, ekonami, kultural dan politik. Tatanan ini terkontruksi dari bentuk pemikiran-pemikiran dan akhirnya menjadikan bentuk-bentuk abtsrak dan konkrit, yang disebut nilai dan aturan.

Idealisme menjadi bernilai ketika ruang pemikiran, sikap dan perilaku ditumbuhi oleh nilai-nilai ini, baik hasil turunan, pembelajaran maupun insureksi pemikiran. Relatifitas sebuah nilai tumbuh bersama sebuah pemahaman akan bentuk konkrit implementasinya,

Franz de waal dalam Good Natured mengatakan " Perbedaan antara benar dan salah dibuat oleh sekelompok orang berdasarkan kehendak mereka bagaimana masyarakat mereka berfungsi. Perbedaan itu timbul dari tawar menawar orang perorang dalam lingkungan tertentu, dan menumbuhkan rasa wajib dan bersalah dari penjiwaan proses berbagai hal tersebut"

Nilai menjadi sebuah bentuk yang lebih univesal dari pada aturan, karena nilai sendiri adalah suatu esensi diperoleh dari berbagai aturan-aturan. Perkembangan nilai menjadi lintas kultural dan lintas sektoral disebabkan karena ada persamaan esensi dengan aturan-atruan yang berada di tempat lain dan dengan bentuk berbeda, semisal kesopanan, secara esensial adalah sebuah bentuk usaha saling menghormati dengan bentuk konkrit yang berbeda-beda antar budaya. Menghormati orang lain menjadi nilai, dan nilai ini yang biasanya menjadi sebuah bentuk idealisme pemikiran dan sikap yang coba dilestarikan turun-temurun, seperti juga kemanusian, kesetaraan, kemerdekaan, solidaritas dan juga nilai benar dan salah .

Idealisme masih menjadi sesuatu yang abstrak, dan walaupun wujud konkritnya akan melewati proses disonansi kognitf dan ini berarti butuh perjuangan dalam menggapai bentuk konkritnya, sesuai implementasi dari bentuk abstraknya.

Nilai akan menjadi sesuatu yang terindividuasi dalam diri sesorang dan tanpa terlepas dari lingkungannya, sebagaimana nilai ini digunakan sebagai sesuatu yang melatar belakangi sebuah pemikiran dan sikap. Nilai kemerdekaan seperti yang di ujarkan Affandy tentang bagaimana ia tidak peduli akan apakah laku atau tidak lukisannya, dan Jean Marais yang tidak ingin melacur dengan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini benar-benar dapat dilihat bahwa secara abstrak Nilai adalah sebuah idealisme itu sendiri.

-propananda-


11 komentar:

  1. jujur aku bingung mau komen apa :)
    salam kenal ae.

    BalasHapus
  2. Lihatlah keluar dan apa yg anda lihat, ya mimpi, karena semua hal kadang berawal dari mimpi dam angan angan

    BalasHapus
  3. kadang sesuatu butuh jalannya sendiri tanpa kita harus tahu

    BalasHapus
  4. Idealisme kadang rontok oleh berbagai pengaruh, utamanya harta, tahta dan wanita.

    Banyak kejadian, seseorang yang idealismenya bagus, kritis tiba-tiba harus masuk penjara ketika dirinya ternyata goyah oleh godaan uang.
    Akhirnya banyak orang yang mencibir sambil berkata : " ooooo...dulu dia itu vokal karena belum menduduki jabatan tho....."

    Artikel yang bermanfaat.

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  5. baha Andes : terimaksih.salam kenal
    mbahbejo : menjaga nilai-nilai adalah sebuah bentuk perjalanan,,bermimpi berangan-angan ,dan menjalani itu adalah sebuah pilihan kehidupa..terimaksih
    starteen : iya banyak jalan yang kita tidak tahu bagaimana,selama kita punya tujuan pasti ada jalan..
    Pak Dhe Cholik :memegang apa yang kita yakini memang butuh kekuatan dan pembelajaran...terimaksih telah memberi wawasan

    BalasHapus
  6. berkunjung sob..salam blogger
    sukses selalu yah..

    BalasHapus
  7. Aku masih heran waktu teman-teman selalu bilang "Idealisme tidak bisa dibawa ke perut."
    yup, karena mereka masih membunyai citra "Idealisme seringkali dimaknai sebagi sesuatu yang kaku,membatu, penuh dengan egosentris dan teralalu statis."
    Padahal idealisme bisa dimulai di atas meja dan di dalam perut (pola konsumsi) yang sangat bebas dan objektif

    BalasHapus
  8. keren abis...

    salam kenal, saya mahasiswa disalah satu universitas negeri di Makassar...
    jujur, saya kagum dengan tulisan anda..

    menurut saya, idealisme dan egosentrisme itu erat kaitannya namun berbeda.. "mereka" tidak berada dalam satu kesatuan, dimana egosentrisme itu memiliki nilai subjektif namun tidak semua idealisme bermakna subjektif, ada kok idealisme yang objektif...

    BalasHapus