Selasa, 06 Desember 2011

Cerpen : Es Krim

Jalanan yang ramai riuh hilir mudik kendaraan dan pejalan kaki, di depan sekolahan tepat sebelah kaki lima yang serakah menggunakan hak pejalan kaki untuk berjualan ada seorang bocah tambun berusia belum belasan mengelap sisa butir-butir nasi di ujung bibirnya dengan punggung tangannya, ia mengambil kantong palstik yang terikat karet gelang,ada sedotan berwarna ungu menyembul ditengahnya,dengan semangat bocah itu mengatupkan bibir menutupi ujung pipa plastik dan sesaat saja isi kantong plastik yang tampak berair di sisi luarnya itu habis yang tertinggal, hanya bangkahan kecil es batu didalamnya, ia letakkan begitu saja di sebelah kakinya. Lelaki muda ini tampak lega ia menyeka keringat didahinya.. Bungkus bekas nasi yang terbuka di depannya ia lipat ala kadarnya dan kemudian ia remas-remas sambil mengelapkan jari-jarinya yang basah dan berminyak,,,

Tiba-tiba seorang wanita berpakian lusuh yang menggendong bayi bersuara dari belakang punggungnya "nang,kamu di suruh pulang sekarang !!" 
Bocah sawo matang ini terkejut dan menoleh kearah suara.
Wanita itu lalu berkata lagi dengan lirih "cepat nang,cepat pulang.!"

" ada siapa Bulik di rumah??." 
" pokonya kamu cepat pulang bulik hanya disuruh ngomong kalau ketemu,kamu disuruh cepat pulang.".
" iya bulik nanti aku pulang," bocah bernama anang itu menjawab pelan
"ya sudah pulang sana,bulik mau kerja lagi,kalau sudah dapat 50 ribu,aku nyusul ke rumahmu" wanita itu meninggalkan anang sendiri di trotoar di depan sekolahan,
Mata anang memperhatikan langkah wanita yang dikenalnya berjalan menjauhinya dan setiap berpapasan dengan orang bibirnya terlihat bergerak-gerak dan tangannya menengadah.

Anang masih terduduk di trotoar depan sekolahan,dahinya berkerut bertanya-tanya ada apa?..tak lama berselang ia bangkit berdiri di pinggir trotoar,
Tak lama angkot berwarna kuning dari kejauhan semakin mendekat,anang melambaikan tangan,mobil berpenumpang itu berjalan lirih menghampiri, anang naik dan duduk tepat di sebelah pintu,

Dari kursi depan sopir bertanya kepada anang, " pulang le ?."
" inggih paklek. Disuruh pulang!." anang menjawab pertanyaan pria setengah baya itu.

Di atas angkot anang berfikir keras,ia sebenarnya benci harus pulang cepat-cepat.ia senang sekali dijalanan,menyapa banyak orang dan bermain-main. Dijalanan juga ia tak sengaja pernah melihat lesung pipit ibunya ketika tersenyum saat seseorang memberikan uang,sedangkan di rumah ibunya hampir tidak pernah sekalipun tersenyum. 

Ia merogoh kantong celana pendek bekas seragam sekolahnya dulu,mengambil beberapa lembar uang ribuan dan menghitungnya,ia berkata dalam hati,"kurang dua ribu ". Tapi ia kemudian tersenyum sendiri,sambil membathin "ini bukan salahku aku di suruh pulang padahal masih siang".
Sampai sebuah perempatan dekat pasar angkot itu berhenti,anang meloncat keluar sambil setengah berteriak "terimaksih Paklek.!


Anang mengambil jalan ke kanan menuju selatan menuju rumahnya..semakin lama perjalananya semakin pelan,ia bingung dan masih penasaran,ada apa?, jalanan ramai ini serasa sepi,beberapa sapa dan panggilan dari orang-orang yang dikenalnya ia acuhkan. Sampai ketika ia dapat melihat mulut gang rumahnya dari kejauhan,anang mulai setengah berlari,tubuhnya yang tambun tak membuatnya bergerak cepat dan dan ketika sampai mulut gang ia memprlambat langkahnya,benar-benar pelan.

Tiba tiba ia takut,dadanya berdebar-debar persis seperti beberapa minggu yang lalu ketika ia akan pulang kerumah saat uang di sakunya kurang beberapa ribu,sampai rumahnya ketakutannya pulang berakhir dengan memar di kaki karena ibunya histeris,sambil memaki dan menuduhnya memakai uang hasil kerjanya untuk membeli es krim sambil terus mendaratkan ikat pinggang almarhum ayahnya di kakinya.

Anang pelan-pelan melangkah,ia melihat banyak orang di depan rumahnya,tetangga-tetangga berkumpul di depan rumah,ia mendekat,tetangganya berhambur minggir memberi ruang pada anang untuk jalan, anang masuk melihat ranjang dan ada sesosok tubuh tertutup kain batik di atas ranjang itu, ia menghampiri ranjang ilalu diam disamping,untuk beberapa saat ia berdiri menatap ranjang, hingga seorang wanita tetangga sebelah rumahnya membuka kain dan tampaklah wajah seorang wanita yang sangat dikenalnya.

Ia tersentak tiba-tiba kepalnya pusing, ia berlari keluar rumah,berlari dan terus berlari tak henti,tubuhnya terasa ringan ia tidak ngos-ngosan,sampai di perempatan pasar ia terus berlari menyeberang jalan terus menuju arah utara,akhirnya ia tak berfikir akan kemana,terus berlari sampai di sebuah pertigaan ia belok ke kanan,ia mulai pelan tak berlari tapi ia terus berjalan,ia bingung tak dapat berfikir yang ia tahu hanya berjalan dan berjalan sampai dekat masjid terbesar di kotanya ia belok kekiri terus berjalan ia sampai stasiun,tiba-tiba ia masuk ke stasiun,ia ada melihat kereta akan berangkat,tanpa berfikir panjang langsung naik dan diam duduk di dekat pintu disisi kanan, dan menyandarka kepala di pinti kereta yang tertutup kemudian tertidur.
…………..
Tiba-tiba seseorang membangunkannya," hey dik,permisi mau turun,!".
Anang setengah sadar lalu berdiri,ia melihat pemandangan aneh,semua penumpang turun,kereta berhenti lama sekali sampai penumpang tak tersisa tinggal dia sendiri,sambil kebingungan ia turun.menatap aneh tampak asing,ia tak mengenal pemandangan ini, tahu ini dimana ,stasiun mana?,stasiun ini tampak megah ada banyak deretan rel kereta dan diantara rel kereta ada pagar, sehingga tak mungkin bisa langsung menyeberang rel kereta.

Turun dari kereta ia melihat para penumpang yang turun melalui tangga,sedikit berlari ia mengikutinya,ternyata tangga itu menuju terowongan yang mengarah menuju pintu keluar stasiun, bocah lugu itu memandang keluar semua tampak asing,orang-orangnya,warna angkotnya juga jalanan yang berbeda.di sebalah kiri pintu keluar ada banyak penjual makanan

Tiba-tiba bocah itu tersenyum, ia melihat penjual es krim, tangannya merogoh saku celana mengambil uang dari kantong dan menghitungnya,kemudian ekspresinya berubah tampak bingung,ia menatap langit terlihat hampir malam, ia berubah panik.,tapi tiba-tiba tak lama ia langsung tenang kembali,tiba-tiba ia tersenyum lega teringat kain batik dan ranjang dirumahnya,,,





Tidak ada komentar:

Posting Komentar