Jumat, 15 Oktober 2010

Polisi Utopia

Ucapan Maaf lahir Bathin memang selalu identik dengan perayaan Hari Raya Iedul Fitri,ucapan ini seringkali menjadi sebuah pertanda kerendahaan hati dan keikhlasan, semua orang muslim maupun non muslim coba untuk memaknai paradigma ini sebagai suatu budaya positif. Ucapan atau permintaan maaf ini bahkan tidak berlaku hanya pada orang per orang saja bahkan pemerintah,aparat dan pejabat negara pada rakyatnya.

Apabila kita saksikan di stasiun televisi Swasta dan Nasional permintaan maaf secara visual bahkan dilakukan oleh suatu Perusahaan maupun Instansi Pemerintahan melalui visualisasi yang memukau, salah satunya adalah Kepolisian Republik Indonesia yang coba mevisualisasikan lewat televisi, tayangan ini menggambarkan seoarang polisi yang bertugas di jalan raya dan mengatur lalu lintas,Polisi ini memberikan pertolongan pada pengguna jalan yang mendapatkan masalah, digambarkan juga polisi tersebut mendorong mobil yang mogok dan menolong seorang nenek yang menyeberang, serta menolak suap dari seorang pengemudi yang melakukan pelanggaran, di akhir tayangan ucapan maaf lahir bathin dan ucapan selamat Iedul Fitri mengakhiri tayangan indah ini, dari semua Instansi yang memberikan ucapan visualisai di televisi Kepolisian RI adalah terbaik dan terindah setidaknya menurut penulis.
Sebagai salah satu Institusi Negara yang bertugas sebagai Pelindung, Pengayom dan Pelayan Masyarakat (P3M). Kepolisian berhasil membuat konsep visualisasi yang menarik dalam tayangan tersebut, semua tergambar dengan sempurna di mana citra Polisi yang baik dan memenuhi syarat P3M tersebut, di salah satu Kantor Polisi (yang pernah dilihat penulis) ada sebuah spanduk yang bertuliskan “kami memang belum sempurna tapi kami akan berusaha lebih baik ” alangkah rendah hati dan benar-benar kata-kata yang menyejukkan hati, Setelah reformasi di tubuh kepolisian yang ditandai di berlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 yang salah satunya menyatakan Kepolisian adalah Pegawai Pegeri Sipil bukan bagian dari Angkatan Bersenjata dan lepas dari TNI maka Kepolisian telah melangkah pada penyempurnaan diri, senada seperti spanduk di salah satu Kantor polisi,idealisme Kepolisan mengenai citra Polisi tidak bisa diragukan lagi.

Bahkan di kalimatt ucapan selamat datang pada web site Kepolisian dengan tegas tertuliskan” Pergeseran paradigma pengabdian Polri yang sebelumnya cenderung digunakan sebagai alat Penguasa kearah mengabdi bagi kepentingan masyarakat telah membawa berbagai implikasi perubahan yang mendasar”.dari kalimat tersebut dapat di maknai bagaimana polisi sangat menyadari peranan dan ketidak idealan perilakunya pada saat sebelum transisi atau pergesaran paradigma tersebut.

Pergesaran paradigma memerlukan sebuah usaha keras bukan hannya systemic namun juga kultrual. Dalam reformasi perundangan dan aturan yang yang dikeluarkaan Presiden yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 Tentang Peraturan disiplin anggota kepolisian Negara Republik Indonesia cukup jelas bagaimana peran dan fungsi Polisi,namun akan sebuah reformasi hanya berakhir di tingakt system dan menunggu pergeseran paradigma, mungkin akan cukup menyakinkan bahwa ada kemungkinan sebuah reformasi budaya terjadi akibat reformasi system.

Di luar reformasi internal ditubuh POLRI pola pikir dan mentalitas masyarakat juga butuh diperhatikan,kesiapan masyarakat dalam mendukung, seperti visualisasi yang terlihat dari tayangan tersebut Polisi tidak mau menerima suap, mungkn kalaupun polisi sudah menjadi sedemikian ideal dengan tindakannya apakah masyarakat sudah tahu dan mengerti akan pergeseran ini, maksudnya adalah citra polisi belum tertangkap sebagai aparat yang bersih, terbukti dengan masyarakat yang masih memberikan uang suap, inipun akibat perilaku oknum yang tidak sedikit di tubuh polri yang memberikan edukasi bahwa Kasih Uang Habis Perkara (KUHP) adalah jawaban terhadap pelanggaran tersebut. Demand character atau karakter yang menuntut untuk ditampakkan polisi sebagai aparat bersih juga harus disiapkan, karena masyarakat belum melihat dan cukup yakin terbukti dengan masih memeberikan suap. Selain harus memerangi citra buruk polisi di organisasinya POLRI harusanya juga berani belajar dari masyarakat mengenai cara pandang mereka. Apabila POLRI ksatria mungkin bisa kerja sama dengan lembaga survey untuk melihat cara pandang masyarakat dan mungkin melihat bagaimana paradigma pergeseran yang terjadi apakah tetap masih menunjukkan citra lama atau sudah ada progresifitas.

Polisi Yang Baik Adalah Oknum
Dalam membangun kiprahnya Bayangkara Negara ini masih di bayangi oleh tindakan-negatif Polisi pada masa lampau dam masa kini, apabila kita mencoba browsing di internet dan mengetik kata “polisi” pada search engine, bandingkan apa saja yang muncul berita positif dari Polisi atau berita tentang citra buruk Polisi ?,namun di berita yang menggambarkan sisi negatif tentang Polisi tentu saja ada embel-embel kata oknum di depannya, padahal dalam beberapa istilah kata Oknum dari istilah agama sampai istilah sosial, berarti perilaku seseorang dilihat dari kapasitas pribadinya,,hal ini memberi pengertian bahwa perilaku yang dilakukan oleh Oknum Polisi ini adalah tindakan diluar kapasitas sebagai Polisi, hal ini sangat rancu, kata “Oknum sepertinya hanya sebagai alat eufemisme bahasa, suatu kata atau bahasa yang digunakan untuk menghaluskan makna agar tidak terkesan konotatif atau bermakna buruk ,jadi kata Oknum adalah senjata yang di miliki oleh lembaga dalam mempertahankan wilayah citranya. 

Oknum sebagai pribadi ini menarik apabila kita kembali pada tayangan iklan layanan POLRI, atau kembali melihat sejarah tentang jasa Mantan KAPOLRI Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santosa dengan segala jasa dan idealismenya yang merupakan kapasitas pribadi yang dimiliki beliau, maka kata Oknum ini akan kembali terngiang, bahwa tidak saja untuk Polisi yang punya perilaku negatif saja, tapi juga Alm Hoegeng dan Polisi Lalu lintas dalam Iklan Layanan tersebut adalah Oknum,jadi premisnya adalah Polisi yang baik juga adalah Oknum,jadi di dalam tubuh Kepolisian semuanya Adalah Oknum.


Merdekasaja@yahoo.com

1 komentar:

  1. Membaca tulisan ini sambil menunggu tulisan terbaru, hehe..
    Ditunggu karyanya....

    BalasHapus