Minggu, 03 Maret 2013

Mantan Rimba Kuamang Lagi..

Dua hari yang lalu pulang dari belajar bersama anak-anak di kuamang kuning,membayar hutang judulnya,karena beberapa hari sebelum selesai mengajar tengah bulan yang lalu ada tim Film Riri Reza berencana membuat film di makekal hulu,kantor Sokola di Jakarta menghubungi untuk memfasilitasi para pembuat Film itu dalam perjalananya di Makekal Hulu. Akhirnya anak-anak di Kuamang terpaksa dipindah jadwalnya setelah acara menemani tim film berakhir.

Tahap observasi tim Film ini hanya seminggu tgl 19-25,tidak begitu melelahkan mengantar mereka malah senang karena ada variasi teman ngobrol dan sedikit-sedikit belajar tentang produksi film. Mereka berenam diantar Bang Dodi antropolog UI yang juga  salah satu pendiri Sokola Rimba

Kalau penasaran film apa yang akan mereka produksi...aku juga tidak tahu judulnya,tapi yang pasti memfilmkan buku perjalanan Butet Manurung dan Sokola Rimba. Juni tahun ini mereka akan syuting,Makekal Hulu akan ramai,,setidaknya lumayan ada hiburan lihat orang bikin film

Kembali ke Kuamang aku berangkat sendirian karena kader dan partisipan Sokola terlihat lelah,jadi berangkatlah aku sendiri...beberapa hari di Kuamang sedikit stress panas saat siang hari,dan yang bikin stress berat adalah coba menggali informasi dan coba mengenali dengan seksama bagaimana Orang Rimba di Kuamang ini...hehehe.. ini seperti aktifitas STOP (Sit down,Thinking,Observe and Planning) intinya untuk menggali pendidikan apa yang mereka butuhkan dan apa yang harus aku berikan hehehe otakku memang workoholic ya tipikal pemikir,padahal memori payah dan kadang analisa yang kacau,,,tapi  yang penting berusaha memahami dan kembali trial and error lagi :D

Anak-anak tidak begitu nyaman belajar bersamaku rupanya mereka sempat bergunjing tapi mereka kurang berhati-hati..hehehe..mereka tidak tahu ingatanku boleh di bilang tumpul tapi telingaku tajam terhadap gunjingan....intinya mereka bicara tentang lebih senang belajar dengan fasilitator sokola yang lain daripa denganku,hehehe..mereka tidak tahu kalau aku memang lagi tidak berperan menjadi teman belajar yang ramah tapi aku coba mengajarkan yang lain hehehehe agak moralis..pelajarannya adalah Budi Pekerti. 

Budi itu akal/pemikiran,pekerti adalah kemampuan memahami situasi,jadi intinya mengajarkan pada mereka peka terhadap kondisi. Aku menunjukkan wajah tidak senang ketika mereka berbicara kotor/mencarut,walaupun kebiasan mencarut itu biasa bagi kultur mereka asal tidak di depan perempuan,tapi mereka di kondisi yang berbeda,karena lain di Makekal Hulu lain di Kuamang.

Di Makekal Hulu aku hanya meneruskan kultur belajar sokola yang sebelumya,jadi ya adaptasiku autoplastis,lain di kuamang mereka menurutku harus benar-benar paham kondisi karena mereka sangat berdekatan dengan desa yang  berbeda kulturnya dan mereka butuh belajar beradaptasi,dan mulai belajarlah padaku hehehe begitu dalam kepalaku..

Alhasil pelajaran kemarin berbuah,mereka sudah tidak mencarut lagi ya cukup lama prosesnya untuk menghentikan kebiasaan, sampai harus berakting seperti Matias Muchus,dan akhirnya juga berbuah gunjingan,itu artinya mereka tidak nyaman hehehe,hehee nantilah kita belajar dengan ceria dan catatannya tanpa ada carut mencarut lagi (semoga terkondisi...amin). 

Orang Rimba di Kuamang Kuning sudah berat hidupnya,masyarakat di desa-desa yang tak jauh dari tempat mantan rimba tempat tinggal mereka,masyarakatnya belum bisa memahami dan mentoleransi gaya hidup orang rimba.. (hahahahha fucoult di kepalaku...cepat jauh pergi teori dan wacana  jangan sampai terkutip ditulisn ini). Aku sempat ngobrol dengan beberapa orang desa dan stereotype negatif muncul dari mulut mereka...nantilah kalau sudah sedikit akrab dengan orang-orang desa itu akan kujelaskan sedikit tentang budaya orang rimba yang arif terhadap alam..
 
Asam lambungku naik rupanya ya sudahlah aku hentikan saja menulisnya..

PS : Banyak PR untukku ketika turun ke lapangan nanti hehehe.. aku butuh teman bicara...aku rindu Jember rupanya,,,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar